Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pemertahanan Budaya Islami Aceh Melalui Dalail Khairat: Revitalisasi Tradisi di Era Milenial

Aceh, provinsi yang kaya akan budaya unik di ujung barat Sumatera, dengan bangga melestarikan warisan Islamnya. Di antara tradisi yang dijunjung tinggi adalah praktik Dalail Khairat, sebuah buku yang dihormati oleh ulama Maghribi Abu Abdillah Muhammad Aljazuli. Panduan berusia berabad-abad ini mengajarkan seni mengirimkan shalawat dengan indah kepada Nabi Muhammad SAW, yang diyakini dapat membawa kedekatan dengannya di akhirat.

Asal usul Dalail Khairat berakar pada pertemuan yang menarik. Syekh Al-Jazuli dalam perjalanannya menuju Haramain menghadapi tantangan mencari air untuk berwudhu di gurun pasir. Seorang anak yang sepertinya mengetahui perjuangannya, membisikkan sesuatu ke dalam sumur, secara ajaib membuat air meluap. Terkesan, Al-Jazuli mengetahui bahwa pembacaan shalawat yang terus-menerus oleh anak tersebut kepada Nabi Muhammad menyebabkan keajaiban ini, menginspirasinya untuk menulis buku terkenal tersebut.

Dalail Khairat merupakan perpaduan antara permohonan, pujian, dan shalawat puitis kepada Nabi Muhammad SAW, yang membedakannya dengan keanggunan sastra. Di Aceh, tradisi ini tetap bertahan, memikat generasi muda melalui pengajian kolektif yang diiringi berbagai kesenian dan irama, menumbuhkan apresiasi budaya.

Secara historis, desa-desa mengadakan sesi Dalail Khairat di masjid dan rumah ibadah setiap minggunya, mengundang siswa yang kompeten untuk mengikuti pelatihan. Saat ini, praktik ini mengalami penurunan di kalangan generasi milenial, karena dibayangi oleh gangguan modern. Meski sesekali ada acara atau undangan TV, antusiasmenya berkurang.

Selain manfaat spiritual, Dalail Khairat membantu siswa dalam menguasai bahasa Arab dan meningkatkan keterampilan kognitif. Sayangnya, pengaruh teknologi mengalihkan generasi milenial dari kekayaan budaya Islam dan lebih mengutamakan aktivitas sepele.

Untuk menghidupkan kembali permata budaya ini, masyarakat Aceh harus kembali fokus pada Dalail Khairat, yang membimbing generasi milenial yang tidak tertarik. Para penikmat budaya dapat menemukan jati dirinya dan berkontribusi dalam melestarikan warisan Aceh, sehingga berpotensi mendapatkan pengakuan dan manfaat materi di kancah nasional dan internasional.

Langkah-langkah proaktif, seperti mengalokasikan dana desa untuk tim Dalail Khairat, bertujuan untuk melindungi generasi muda dari pengaruh negatif. Merangkul kekayaan budaya Aceh dapat melindungi generasi muda dari jebakan sosial dan menjamin keberlangsungan warisan budaya Aceh di seluruh dunia.


Post a Comment for "Pemertahanan Budaya Islami Aceh Melalui Dalail Khairat: Revitalisasi Tradisi di Era Milenial"